Banyak
sekali nilai yang dapat dipetik dari
sebuah novel. Melalui novelnya “MINARET: Panggilan dari Menara” misalnya, berkisah
tentang Najwa, seorang mahasiswi muda di Universitas Khartoum, Sudan, yang
datang dari keluarga pejabat. Cantik, kebarat-baratan, kaya, punya segalanya, kelihatannya bermasa depan cerah. Namun tidak demikian, sejak tragedi
kudeta militer di Sudan memorak-porandakan segala impiannya. Ayahnya ditangkap
dan dihukum mati, sementara Najwa beserta ibu dan saudara kembarnya, Omar, akhirnya
mengungsi ke luar negeri.
Sebagai
pelarian politik di London, hidup Najwa terus menukik ke dalam jurang
kehancuran. Keluarganya perlahan mulai terserak berantakan. Dirinya sendiri pun
tak terelakkan lagi, semakin terjerumus ke dalam belitan masalah. Omar yang
dipenjara, ibunya yang sakit keras, uang yang semakin menipis sehingga dia
harus bekerja sebagai pembantu, kekasih yang komunis dan tak kunjung
menikahinya.
Jiwanya
yang terimpit memberontak, mencari jalan keluar, berusaha bangkit dari
keterpurukan, mencari pegangan. Najwa pun mendapatkan hidayah. Dia memutuskan
untuk kembali ke jalan-Nya, berjuang untuk membersihkan dan menyucikan diri.
Sebagai pembaca pasti akan mudah menangkap
pelajaran berharga yang sangat besar. Bahwa seorang gadis dipengasingan
kehilangan dan menemukan kembali keyakinannya. Yang semulanya mengaku muslim
tapi shalat hanya untuk mendapatkan nilai ujian yang tinggi dan puasa hanya
pada bulan Ramadhan saja. Setiap harinyapun sering pergi kediskotik. Bahkan
memiliki seorang kekasih yang komunis yang sangat membenci agamanya padahal itu
agamanya sendiri, namun pada akhirnya kekasihnya berjanji untuk menikahinya
malah menikahi sepupunya. Keluarganya sendiripun berantakan karena ayahnya yang
korupsi dan dihukum mati, Ibunya yang sakit-sakitan dan saudara kembarnya
menggunakan obat-obat terlarang. Artinya hanya gara-gara Islam KTP saja membuat
masa depannya jadi suram.
Namun dalam novel ini ada suatu dialog yang
membuat pembaca bingung sebenarnya siapa yang sedang berbicara, seperti pada
kutipan berikut:
Pizza,
Pepsi, keripik, dan saus tomat. Kue mangkuk ta'miyah. Samosa dan chocolate
éclair dari GB. Sandwich isi tuna, telur, sosis, keju putih diaduk dengan
tomat, keju putih dengan zaitun. Aku mengedarkan makanan-makanan itu dalam
kegelapan dan akhirnya menjatuhkan sendok-sendok plastik kedalam pot-pot bunga…….
Karena generatornya rusak membuat pestanya
kacau.
“Listrik
akan kembali menyala….”
“Memangnya ada apa
dengan generatormu? Kenapa kau tidak bisa memperbaikinya?”
“Ayo pergi…”
“Jangan ada yang pergi
kemana-mana. Jangan nekat pergi. Samir…. Kau hanya akan merusak pestanya.”
Dialog diatas membuat pembaca bingung. Siapa
yang sedang berbicara dan siapa yang akan pergi. Sampai selesai membacapun
tidak mendapatkan jawabannya.
Kesedihan adalah suatu emosi yang ditandai oleh perasaan tidak beruntung, kehilangan, dan
ketidakberdayaan. Saat sedih, manusia sering menjadi lebih diam, kurang
bersemangat, dan menarik diri. Banyak
orang menghubungkan kesedihan dengan kematian seseorang yang sangat dicintai.
Tetapi kesedihan dapat muncul ketika seseorang kehilangan pekerjaannya,
penyakit yang melemahkan semangat atau perceraian. Kesedihan merupakan emosi
yang normal dan alami yang dicirikan oleh naik turunnya perasaan. Suatu hari
mungkin anda merasakan bahwa kesedihan selalu membayangi, hanya untuk menemukan
bahwa kesedihan yang sama akan kembali muncul di masa-masa yang akan datang.
Tidak
ada kehidupan yang tidak diwarnai oleh kesedihan. Diundang maupun tidak, ia
akan senantiasa datang. Dalam banyak kejadian (baik melalui bencana, ditinggal oleh
orang terkasih, kegagalan dan sebagainya) bahkan terbukti , semakin ia dibenci
dan ditakuti, semakin ia senang dan rajin berkunjung ke diri kita. Maka,
sengsaralah hidup mereka yang membenci kesedihan.
Manusia
memang sedang berada di tengah-tengah sebuah timbangan. Di sebelah kanan ada
kebahagiaan, dan di sebelah kiri ada kesedihan. Semua orang termasuk saya kalau
mau jujur memang ingin berat di sebelah kanan. Sayangnya, ia bertentangan
dengan hakikat dasar kesenangan dan kesedihan.
Untuk
saat ini memang sangat sulit menemukan orang yang sudah sampai pada kualitas
kearifan dan kedewasaan terakhir. Namun dari pengalaman beberapa kiai, pastur,
pendeta budha sampai guru meditasi telah dapat disimpulan bahwa yang membawa
mereka pada kualitas yang mengagumkan ini justru kesedihan. Dari pengalaman
mereka , marilah kita belajar dan saling berdoa agar kesedihan yg ada pada kita
menjadi tangga kedewasaan, kearifan dan kedamaian yang amat mengagumkan. Ada
memang orang yang menyebut bahwa kesenangan lebih berharga dari kebahagiaan.
Ada juga yang mengatakan bahwa kesedihan lebih mulia dari kebahagiaan.
Bagi mereka berita gembira di dalam
kehidupan di dunia dan (dalam kehidupan} di akhirat. Tidak ada perobahan bagi
kalimat-kalimat (janji-janji) Allah. Yang demikian itu adalah kemenangan yang
besar. Janganlah kamu sedih oleh perkataan mereka. Sesungguhnya kekuasaan itu
seluruhnya adalah kepunyaan Allah. Dialah Yang Maha Mendengar lagi Maha
Mengetahui. [QS. Yunus, 10 : 64-65]
Ayat diatas dapat kita jadikan do’a saat kita merasakan kesedihan.Bagi orang beriman,
kesedihan tidak boleh berkelanjutan. Karena orang beriman yakin bahwa segala
apa yang dimiliki manusia pada hakikatnya hanya titipan sementara dari Allah,
yang suatu saat pasti akan dicabut kembali. Rasulullah SAW. telah mengajar
umatnya supaya berdoa dan memohon kepada Allah apabila mereka sedang ditimpa
oleh kesedihan. Bersedihlah tapi untuk bangkit kembali, bersedihlah untuk
mengakhiri kesedihan itu sendiri. Bersedihlah karena sudah banyak waktu yang
kamu buang hanya untuk bersedih tanpa melakukan hal apapun yang bermanfaat buat
kamu dan orang tercintamu.
Kesedihan
itu akan hilang bila kamu merelakannya dan ikhlas bahwa tiada yang abadi dan
sempurna meski hidup terkadang pedih dan pahit. Bangkit dan segera beranjak
pada kegiatan yang menyenangkan diri anda cari kegiatan bermanfaat dan
menyenangkan. Memang tak mudah, tapi kita harus tetap bertahan hidup
Nama: Bayu Rizky Septriawan
Kelas: XII IPA 3
GENERASI
MUDA YANG MALAS MEMBACA
Sekarang ini dizaman yang sudah maju, para
generasi muda sudah jarang sekali yang namanya “membaca”, sepertinya membaca
adalah kegiatan yang tidak penting lagi. Buktinya saat ini banyak sekali
buku-buku yang bertumpukan di perpustakaan, bahkan sampai berdebu karena tidak
pernah disentuh apalagi dibaca. Kalau buku bias bicara pastipun dia akan bicara
“Tolong bacalah aku”, karena begitu memprihatinkan keadaannya.
Buku, buku, buku mungkin adalah benda yang
asing bagi generasi muda saat ini. Para remaja kini apabila mencari sebuah
referensi tidak lagi sampai pusing-pusing mencari buku di perpustakaan, karena
menurut mereka itu sama saja dengan membuang-buang waktu. Mereka lebih senang
mencari referensi di internet melalui handphone, computer ataupun laptop karena
mereka menganggap dengan cara itulah yang tidak sampai membuang-buang waktu.
Namun, semua itu pada akhirnya dapat membuat mereka menjadi malas dan tidak
memiliki rasa keingintahuan yang tinggi.
Indonesia ini adalah negara berkembang dan
bagaimana mungkin Indonesia pada nantinya dapat menjadi negara maju jika
generasi muda saat ini malas membaca. Tentu ini damapknya membuat Indonesia
menjadi negara yang tertinggal, karena memiliki rakyat yang bodoh, ketinggalan
zaman dan tidak peka terhadap pembaharuan. Apakah bisa anda bayangkan apabila
Indonesia menjadi bangsa yang benar-benar seperti itu?? Sangatlah buruk bukan
dan tentunya kita sebagai warga negara Indonesia pun malu karena tinggal
dinegara ygn tertinggal.
Kita sebagai generasi muda saat ini tentunya
harus memiliki kesadarn diri yang tinggi. Tingkatkan minat membaca agar dapat
memajukan bangsa ini. Kalau bukan kita yang memulainya dari sekarang, siapa
lagi? Hanya kita sebagai generasi muda saat inilah yang menjadi tonggak masa
depan dan harapan bangsa ini agar lebih maju dan tidak mengalami ketertinggalan
dengan negara lain.
Bagi saya membaca juga bukan hal yang
membosankan tetapi sangatlah mengasyikkan karena dapat menghibur hati kita. Dan
tidak hanya itu kitapun dapat lebih mengerti dan pahamdaripada kita hanya mencari di internet.
Bayangkan saja jika kita membaca ilmu kitapun akan bertambah dan tentunya
wawasan kita semakin luas karena buku merupakan jendela dunia.
Semakin kita banyak tahu, maka semakin
majulah kita dan juga membuat bangsa ini menjadi lebih maju. Itupun bukan
perkara yang susah bagi kita kalau ada niat dan minta untuk membaca buku sangat
tinggi. Maka dari itu, kita tanamkan pada diri kita bahwa kita bisa sepadan
dengan negara maju. Semuanya itu tergantung pada generasi mudanya, apakah kita
dengan negara yang maju dan pintar atau dengan negara yang bodoh dan tertinggal
? tu semua tergantung dengan generasi muda saat ini.
Kita patut bersyukur karena negara kita tidak
mengalami ketertinggalan yang sangat jauh. Masih banyak negara yang mengalami
ketertinggalan di era modern saat ini. Banyak sekali negara yang mengalami
kebodohan didalam dunia pendidikan. Jangan sampai negara kita mengalami hal
yang serupa.
Ayo generasi muda semua, keputusan ada
ditangan kita. Jangan sampai kita kalah dengan orang tua yang masih mempunyai
keinginan belajar membaca dan mengejar ketertinggalan. Maka dari itu kita harus
lebih pintar dari mereka, kita tunjukkan inilah generasi muda yang memiliki
semangat juang yang tinggin demi bangsa dan negara. Beruntunglah kita dapat
mencicipi dunia pendidikan. Berterimakasih kepada pahalwan tanpa tanda jasa
yaitu guru yang telah mendidik dan membimbing kita dengan sabar dan ikhlas.
Terimakasih atas jasamu selama ini. Semoga jasamu selalu dikenang sepanjang
akhir hayat, hingga kamipun sekarang menempati posisi yang paling atas dan
mendapatkan pekerjaan yang baik untuk masa depan nanti. Kami akan mengenang
selalu atas kasih sayang yang kau berikan tanpa pamrih. Sekali lagi saya
ucapkan terimakasih.